a.
Menurut Kamus Komputer dan Teknologi
Informasi, Digital divide yaitu istilah yang digunakan untuk menerangkan jurang
perbedaan antara mereka yang mempunyai kemampuan dalam hal akses, dan
pengetahuan dalam penggunaan teknologi modern, dengan mereka yang tidak
berpeluang menikmati teknologi tersebut.
b.
Menurut Inpres No.3 Tahun 2003 disebutkan
bahwa digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena
tidak mampu memanfaatkan informasi.
c.
Menurut Dr. Craig Warren Smith
(Investor Group Against Digital Divide), Digital divide (kesenjangan digital)
yaitu kesenjangan antara mereka yang mendapatkan keuntungan dari teknologi dan
mereka yang tidak mendapatkannya.
d.
Menurut Donny B.U., M.Si, Istilah
"digital divide" terbentuk untuk menggambarkan kesenjangan dalam
memahami, kemampuan, dan akses teknologi. Sehingga muncul istilah “the have”
sebagai pemilik/penggunna teknologi dan “the have not” yang berarti sebaliknya.
e.
Menurut Direktorat Pemberdayaan
Telamatika Departemen Komunikasi dan Informatika, Digital divide mempunyai arti
sebagai kesenjangan (gap) antara individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok
masyarakat) dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam
hal kesempatan atas akses teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and
communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk
beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya
mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat
perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.
f.
Menurut Sigit Widodo (SW): Selama
ini kita selalu mengatakan, kesenjangan digital (digital divide) itu terjadi
karena masalah infrastruktur. Namun ternyata ada hal-hal lain yang
menyebabkannya. Dan salah satunya adalah masih kurangnya content berbahasa
Indonesia.
g.
Yayan Sopyan (YS), Berbicara
mengenai kesenjangan digital berarti berbicara mengenai gap antara kelompok
masyarakat yang bisa menikmati teknologi digital sebagai alat untuk bekerja,
berkreasi, berkreativitas, dan lain sebagainya- dan menikmati
keuntungan-keuntuingan yang diberikan oleh teknologi digital, dan kelompok
masyarakat yang sama sekali tidak mencicipi itu. Itulah yang disebut
kesenjangan digital.
1.2 Penyebab Terjadinya Digital Devide
1. Infrastruktur
Infrastruktur
merupakan sebuah fasilitas pendukung, seperti infrastruktur listrik, internet,
komputer dan lain. Contoh mudah mengenai kesenjangan infrastruktur ini, orang
yang punya akses ke komputer bisa bekerja dengan cepat. Ia bisa menulis lebih
cepat di bandingkan mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual.
Contoh yang
lain, orang yang mempunyai akses ke komputer Internet, otomatis mempunyai
wawasan yang lebih luas di bandingkan mereka yang sama sekali tidak punya akses
ke informasi di Internet yang serba luas.
2.
Kekurangan skill (SDM)
Sumber daya
manusia sangat berpengaruh dalam dunia ilmu teknologi dan informasi karena SDM
ini menentukan biasa tidaknya seorang mengoperasikan atau mengakses sebuah
informasi.
3.
Kekurangan isi (konten) materi bahasa indonesia
Content
berbahasa Indonesi menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses
Internet, di Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih
tinggi. Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang di
desa, seperti petani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan
bahasa asing (Inggris).
4. Kurangnya
pemanfaatan akan internet itu sendiri.
Berbicara
mengenai kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur.
Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam- bisa mengakses
Internet tetapi "tidak menghasilkan apapun".
Misal,
ada seorang remaja punya akses ke komputer dan Internet. Tapi yang dia lakukan
hanya chatting yang biasa-biasa saja. Tentu saja, ia tidak bisa menikmati
keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh teknologi digital. Itu artinya,
kesenjangan digital tidak hanya bisa dijawab dengan penyediaan infrastruktur
saja. Infrastruktur tentu dibutuhkan tetapi persoalannya adalah ketika orang
punya komputer dan bisa mengakses Internet, pertanyaan berikutnya adalah,
"apa yang mau diakses? Apa yang mau dia kerjakan dengan peralatan itu,
dengan keunggulan-keunggulan teknologi itu.
1.3 Dampak
Positif Digital Devide
Dampak positif kesenjangan digital bagi sebagian orang
yang belum mengenal atau menerapkan teknologi adalah masyarakat dapat
termotifasi untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan teknologi informasi.
Teknologi informasi merupakan teknologi masa kini yang dapat menyatukan atau
menggabungkan berbagai informasi, data dan sumber untuk dimanfaatkan sebagai
ilmu bagi kegunaan seluruh umat manusia melalui penggunaan berbagai media dan
peralatan telekomunikasi modern.
Dengan menggunakan berbagai media, peralatan
telekomunikasi dan computer canggih, Teknologi Informasi akan terus berkembang
dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan peradaban umat
manusia di seluruh dunia. Kemajuan peradaban manusia di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi pada abad informasi ini telah memudahkan manusia berkomunikasi
antara satu dengan lainnya.
1.4 Dampak Negatif Digital Devidein.
Kemajuan Teknologi Informasi itu terlahir dari sebuah
kemajuan zaman, bahkan mungkin ada yang menolak anggapan, semakin tinggi
tingkat kemajuan yang ada, semakin tinggi pula tingkat kriminalitas yang
terjadi. Kehadiran internet ditengah masyarakat menimbulkan dampak positif dan
Negatif, ibarat sebilah pisau, tergantung pemakainnya. Bila digunakan untuk
hal-hal yang benar dan bermanfaat akan sangat membantu menyelesaikan pekerjaan,
tetapi jika jatuh ditangan orang jahat akan membahayakan orang lain. Misalnya ;
Pembobolan Kartu Kredit. pembobolan
kartu kredit (Credit Card Fraud) dengan modus mencuri dan memalsukan kartu
kredit. Perbuatan ini menimbulkan kerugian pada pemilik kartu Bank penerbit
bahkan merugikan Negara.
Digital Divide tidak bisa diselesaikan dengan
peningkatan akses terhadap teknologi itu sendiri, karena kesenjangan dalam hal
ini berpotensi melahirkan persoalan kesenjangan baru dalam masyarakat atau
memperparah persoalan kesenjangan yang ada, terutama di negara berkembang atau
kelompok masyarakat/ daerah yang relatif tertinggal. Digital divide atau
senjang digital mengacu pada kesenjangan atau jurang yang menganga di antara
mereka yang dapat mengakses teknologi informasi (TI) dan mereka yang tidak
dapat melakukannya. Ketakseimbangan ini bisa berupa ketakseimbangan yang
bersifat fisik (tidak mempunyai akses terhadap komputer dan perangkat TI lain)
atau yang bersifat keterampilan yang diperlukan untuk dapat berperan serta
sebagai warga digital. Jika pembagian mengarah ke kelompok, maka senjang digital
dapat dikaitkan dengan perbedaan sosial-ekonomi (kaya/miskin), generasi
(tua/muda), atau geografis (perkotaan/pedesaan). Sejalan dengan berkembangnya
dan makin tidak terpisahkannya Internet dengan TI, maka digital divide mencakup
juga ketakseimbangan akses terhadap dunia maya.dan faktor-faktor yang haus
diperhatikan sekarang ini persaingan Digital Devide.
1.5 Solusi
Mengurangi Digital Devide
Langkah yang
terbaik untuk mengurangi kesejangan digital adalah :
1.
menyiapkan masyarakat untuk bisa
menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang tersedia.
Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai,
memutuskan dan memilih informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif
dan mendewasakan masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan
kemajuan teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat kemudahan
akses untuk menggunakan dan memperoleh informasi. Misalnya dengan mengadakan
penyuluhan kesekolah-sekolah tentang penggunaan Internet.
2.
Pembangunan fasilitas telekomunikasi
antara kota dan desa, sehingga setiap masyarakat yang ingin mengakses informasi
dapat tercapai dengan tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai. Wartel
dan Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital divide. Warung
Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas
jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa.
Secara singkat solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi digital divide,
yaitu :
a. Penyedian
infrastruktur yang memadai;
b. Memberikan penyuluhan
tentang kemajuan teknologi informasi
c. Pembangunan
fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa.
1.6 DIGITAL DIVIDE DAN KAITANNYA DENGAN E-GOVERNMENT
Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government menyebutkan
bahwa tuntutan perubahan merupakan motivasi e-government. E-Government sendiri
merupakan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses
pemerintahan (e-government)
akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan. Sehingga pada Inpres No.3
Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government
pasal 5 menyebutkan bahwa “Dengan demikian pemerintah harus segera melaksanakan
proses transformasi menuju e-government. Melalui proses transformasi
tersebut, pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi
informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem
manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah
bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan
layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah.
Dengan
demikian seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan
layanan pemerintah secara optimal. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang kuat
di masing-masing institusi atau unit pemerintahan agar proses transformasi
menuju e-government dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.”
Dengan hadirnya e-government secara
utuh diharapkan dapat mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan
kepada masyarakat menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan Indonesia mampu mengikuti perubahan ke arah
globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam tubuh Indonesia terjadi seiring
dengan transformasi menuju era masyarakat informasi pada dunia. Hal ini sebagai
akibat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat
sebagai dampak dari globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya
sangat dibutuhkan dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga
masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu
menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin
melebar.
Dengan melihat isu digital divide, pengembangan
e-government di Indonesia sangat penting. Pengembangan
e-government itu sendiri
menurut Inpres No.3/2003 merupakan
upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis
(menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik
secara efektif dan efisien. Melalui
pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses
kerja di lingkungan pemerintah dengan
mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.
1.7 Kasus Digital Devide Negara Lain
Akademisi umumnya mendefinisikan kesenjangan digital
sebagai terutama tentang kesenjangan yang ada antara orang-orang yang memiliki
akses ke media digital dan internet dan mereka yang tidak memiliki akses (lihat
Norris 2001; Meredyth et al 2003;. Servon 2002; Holderness 1998; Haywood
1998).Kesenjangan dalam kepemilikan dan akses terhadap media ini secara
potensial dapat mempengaruhi akses ke informasi dari internet oleh masyarakat
yang kurang beruntung dan juga menciptakan atau memperkuat kesenjangan sosial-ekonomi
berdasarkan marjinalisasi digital dari kelas miskin dan wilayah di dunia.
Sebagai contoh, pada tahun 1999 Thailand telah telepon selular lebih dari
seluruh Afrika sementara Amerika Serikat memiliki komputer lebih dari seluruh
dunia gabungan (lihat UNDP 1999: 75). Demikian pula, di sekitar periode yang
sama, negara-negara industri (yang memiliki kurang dari 15 persen dari
orang-orang di dunia) memiliki 88 persen pengguna internet.Amerika Utara saja
(dengan kurang dari 5 persen dari orang-orang) memiliki lebih dari 50 persen
dari semua pengguna (HDP 2003: 75). Dengan demikian ketidakseimbangan, atau
kesenjangan penyebaran media digital dan Internet-informasi antara kaya dan
miskin-informasi di seluruh dunia secara umum digunakan sebagai kriteria menentukan
utama dari kesenjangan digital di mana universal akses ke New Media dipandang
sebagai bagian dari solusi terhadap tantangan pembangunan dan demokratisasi
yang menghadapi banyak komunitas di seluruh dunia (lihat Bab 9).
1.8 HASIL
PENELITIAN DIGITAL DEVIDE
Dunia digital bukan lagi melulu
milik negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.Kesenjangan digital kini makin
menyempit antara negara-negara di dunia.Era digital telah menembus batas-batas
negara di dunia.
Dalam salah satu temuan laporan
perekonomian digital 2010 yang dilansir The IBM Institute for Business Value
yang bekerja sama dengan Economist Intelligence Unit (EIU) disebutkan,
negara-negara di dunia kini sudah terkoneksi satu sama lain.
Laporan ini menggarisbawahi bahwa
kesenjangan antara negara yang berada di urutan teratas dan terbawah dalam
peringkat hanya berbeda 5,5 poin (skala 1-10) tahun ini. Hasil itu menurun
dibanding 5,9 poin tahun lalu. Hal ini karena penilaian tidak lagi hanya
didasarkan pada kualitas akses jaringan telekomunikasi dan internet, tapi model
pemeringkatan tahun ini juga menilai kualitas akses mobile
broadbandnegaranegara berdasarkan koneksi 3G dan fiber yang ada serta
prevalensinya. ”Perubahan dalam model yang disebutkan di atas meningkatkan
nilai negara-negara di peringkat bawah. Tetapi mengurangi nilai negara-negara
papan atas.
Seperti harga broadbandyang semakin
terjangkau, negara-negara di peringkat bawah juga meraih peningkatan di
beberapa bidang,”ujar Director of Global Technology Research EIU Denis McCauley
sebagaimana dilansir dalam laman situs resmi EIU. Beberapa negara di Eropa dan
Amerika Utara mendapatkan nilai yang lebih rendah, bahkan beberapa negara
mengalami penurunan peringkat karena jaringan berkecepatan tinggi mereka masih
perlu lebih dikembangkan.Peringkat negara-negara Asia yang menanamkan investasi
cukup besar dalam jaringan-jaringan generasi mendatang mengalami kenaikan
signifikan.
Beberapa temuan penting lain dalam
studi ini di antaranya negaranegara Nordik maju pesat di hampir semua bidang
perekonomian digital. Swedia pada 2010 ini menggeser pemimpin ”e-readiness”
sebelumnya, Denmark, dengan angka tipis. Sedangkan Finlandia dan Norwegia
berada di antara enam negara perekonomian digital teratas tahun ini. Finlandia
naik enam posisi, terutama karena peningkatan indikator performa dalam kategori
penggunaan layanan online. Tiga negara pemimpin digital Asia mengalahkan
kawasan lain dalam hal kualitas.
Taiwan,Korea Selatan, dan Jepang
meningkat pesat dalam peringkat perekonomian digital ini berkat tingginya nilai
yang mereka raih dibanding negara-negara di kawasan lain dalam hal kualitas
broadband dan mobile. Densitas kabel fiber tingkat tinggi memungkinkan ketiga
negara ini melaksanakan agenda digital mereka. Di sisi lain, biaya broadband
semakin terjangkau di seluruh dunia. Pada 49 dari 70 negara, biaya bulanan yang
diberlakukan penyedia sarana broadband adalah di bawah 2% dari rata-rata
pendapatan bulanan rumah tangga pada 2010.Pada 2009 hanya terdapat 42 dari 70
negara dan hanya 33 negara pada 2008.
Biaya yang lebih terjangkau semakin
kentara di negara- negara berkembang seperti Vietnam dan Nigeria. ”Bagaimanapun
perkembangan digital yang kuat membutuhkan kemajuan dan tindakan yang terarah
di berbagai bidang,” tambah McCauley. Pemimpin peringkat tahun ini, Swedia,dan
sebagian besar negara yang berada di urutan peringkat teratas lain mengandalkan
konektivitas yang prima, lingkungan bisnis, dan hukum yang stabil. Selain itu,
faktor pendorong pendidikan dan budaya yang kuat, kebijakan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) pemerintah yang kondusif juga menjadi andalan dalam
pengembangan ekonomi digital di sejumlah negara. Hasilnya, penggunaan layanan
digital perorangan maupun perusahaan meningkat.
Peringkat 10 besar untuk
perekonomian digital tahun ini ialah Swedia di urutan pertama dengan skor
8,49.Denmark (2) dengan nilai 8,41,Amerika Serikat (3) nilai 8,41, Finlandia
(4) nilai 8,36,Belanda (5) nilai 8,36, Norwegia (6) nilai 8,24, Hong Kong (7)
nilai 8,22,Singapura (8) nilai 8,22,Australia (9) dengan nilai 8,21, dan
Selandia Baru (10) nilai 8,07. Kemudian beberapa negara Asia di antaranya
Taiwan berada di peringkat ke-12 dengan nilai 7,99, Korea Selatan (13) nilai
7,94, Jepang (16) nilai 7,85, Malaysia (36) nilai 5,93,Thailand (49) nilai
4,86, Filipina (54) nilai 4,47, China (56) nilai 4,28, India (58) nilai 4,11, Vietnam
(62) nilai 3,87, dan Sri Lanka (63) nilai 3,81.
Posisi Indonesia hanya berada di
urutan ke-65 dari 70 negara yang dinilai dengan skor 3,60. Peringkat Indonesia
pada 2010 ini tidak beranjak dibanding tahun lalu yang juga berada di posisi
ke-65 dengan skor 3,51. Laporan yang berjudul ”Digital Economy Rankings 2010:
Beyond E-Readiness” menilai lebih dari 100 kriteria kuantitatif dan kualitatif,
yang dibagi ke dalam enam kategori,dimasukkan ke dalam pemeringkat ekonomi
digital.Enam kategori ini ialah konektivitas dan infrastruktur teknologi dengan
bobot nilai 20%,lingkungan bisnis (15%), lingkungan sosial dan budaya
(15%),kebijakan dan lingkungan hukum (10%), visi dan kebijakan pemerintah
(15%), serta pengadopsian bisnis dan konsumer (25%).
Untuk indikator lingkungan bisnis
menggunakan sembilan indikator turunan yang diringkas dari 74 subindikator.
Sumber data yang digunakan dalam menyusun laporan ini di antaranya data EIU,
Pyramid Research, Bank Dunia,The World Intellectual Property Organization, termasuk
data e-participation index dari The United Nations Department of Economic and
Social Affairs (UNDESA). Kriteria kualitatif dinilai oleh jaringan pakar negara
EIU yang juga melalui peninjauan terlebih dahulu. Laporan peringkat
perekonomian digital ini sebelumnya dikenal sebagai ”peringkat e-readiness”,
penelitian tolak ukur teknologi tahunan yang dikeluarkan EIU.Tujuannya untuk
menggambarkan prevalensi koneksi internet atas konsumen, bisnis, pemerintah,
dan peranan yang sangat diperlukan.
Layanan dan komunikasi digital ini
sangat berperan penting di berbagai negara. Laporan ini bisa memberikan
gambaran tentang bagaimana tantangan memaksimalkan teknologi komunikasi dan
informasi yang dihadapi 70 negara yang dinilai di masa mendatang.
KESIMPULAN
Di era globalisasi saat ini, dimana kebutuhan akan
teknologi dan jaringan komunikasi meningkat pesat mengharuskan setiap negara
(termasuk Indonesia) untuk dapat memberikan pelayanan yang berbasis elektronik
kepada masyarakat dengan tujuan untuk mengefektif dan mengefisienkan pelayanan
kepada masyarakat. Untuk itu di butuhkanlah e-government.
Namun dalam pelaksanaannya ternyata masih banyak kendala, terutama terbatasnya
ketersediaan infrastruktur yang justru mengakibatkan digital divide.
Digital
divide mempunyai arti sebagai kesenjangan (gap) antara
individu, rumah tangga, bisnis, (atau kelompok masyarakat) dan area geografis
pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses
teknologi informasi dan komunikasi/TIK (information and communication
technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk beragam
aktivitas. Jadi, digital divide atau “kesenjangan digital” sebenarnya
mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat
perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara.
Hal ini tentu perlu ditanggapi
sedini mungkin dengan penuh kesungguhan, sebelum jarak kesenjangan tersebut
semakin melebar. Upaya antisipasi atas perkembangan/perubahan di masa datang
juga perlu dikembangkan, mengingat kecepatan dan kompleksitas perubahan yang
cenderung meningkat, serta perkembangan telematika yang sering dinilai penuh
kejutan yang masih sulit diperkirakan.
Banyak solusi yang sebenarnya dapat
dipakai untuk mengurangi digital divide ini, antara lain yaitu :
a.
Penyedian infrastruktur yang memadai;
b.
Memberikan penyuluhan tentang kemajuan teknologi informasi;
c.
Pembangunan fasilitas telekomunikasi antara kota dan desa.
Piazza Casino & Spa - Mapyro
BalasHapusWelcome to Piazza Casino & Spa. This 5-star 경주 출장샵 hotel is 7 minutes' walk หารายได้เสริม from Piazza Casino & Spa, Piacenza. Enjoy dining, spa, 오산 출장안마 spa and fitness center. Rating: 8.1/10 · 1,921 양주 출장마사지 reviews · 광주광역 출장샵 Price range: ($)